
Yogyakarta (ANTARA) – Ketua Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Eko Suwanto mendukung penguatan pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan sebagai langkah strategis mencegah intoleransi di tengah masyarakat.
“Edukasi tentang Pancasila dan wawasan kebangsaan harus terus dilaksanakan secara menyeluruh. Kedua, pembangunan museum-museum kebangsaan dan museum keistimewaan juga harus dipercepat sebagai bagian dari upaya edukasi sejarah dan nasionalisme,” kata Eko di Yogyakarta, Sabtu.
Dia menyampaikan hal tersebut menanggapi peristiwa perusakan makam di sejumlah lokasi di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang sempat memicu kekhawatiran publik beberapa waktu lalu.
Menurut Eko, peristiwa itu mencerminkan sikap intoleran sekaligus pelanggaran terhadap norma etik dan moral masyarakat.
“Komisi A mengecam keras tindakan tersebut dan mendukung proses hukum terhadap pelaku. Namun pendampingan tetap harus diberikan agar pelaku bisa kembali ke jalan yang benar dan peristiwa serupa tidak terulang,” ujar dia.
Sebagai bentuk edukasi yang lebih luas, Komisi A juga mendorong percepatan pembangunan museum kebangsaan dan museum keistimewaan di DIY, serta pelaksanaan rutin kegiatan "Sinau Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika" di tengah masyarakat.
Selain mengedepankan pendidikan ideologi, Eko juga menyoroti pentingnya penguatan fungsi keluarga.
Dia mendorong Pemda DIY mengacu pada Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga sebagai pedoman dalam mendidik anak-anak sejak dini.
"Dinas terkait seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga harus aktif dalam memberikan dukungan," kata Eko.
Sebelumnya, polisi menangkap seorang remaja berinisial ANF (16), pelajar SMP asal Bantul, yang diduga merusak sejumlah makam di wilayah Kotagede, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
ANF ditangkap setelah penyelidikan dan pengumpulan bukti, termasuk rekaman CCTV mengarah pada keterlibatannya terkait dengan perusakan lima makam di TPU Baluwarti, Kampung Basen, Purbayan, Kotagede, Jumat (16/5), kemudian sejumlah makam lain di wilayah Bantul pada hari Sabtu (17/5).
Kapolsek Kotagede AKP Basungkawa menyatakan terkait motif polisi masih melakukan pendalaman, termasuk kemungkinan kaitannya dengan kondisi kejiwaan pelaku.
Meski demikian, dia menegaskan bahwa tindakan ANF sama sekali tidak berkaitan dengan unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025
Leave a Reply